JP:Apa komentar anda mengenai hal ini?.**
SF:Saya tidak dapat berkomentar sebab saya tidak melihat bukti nyata dari laporan itu.
JP: Apakah globalisasi telah menyebabkan diskriminasi?.
SF:Saya justru berpendapat sebaliknya. Contohnya menggunakan buruh ketiga sebagai tempat pengolahan ekonomi adalah bagian dari suatu “resep” mungkin bukan resep IMF tapi pasti adalah resep global (pinjaman/hutang/investasi).
Laporan itu mengatakan bahwa para buruh menjadi korban eksploitasi karena pengangguran meningkat dan indonesia yang tertimpa krisis ekonomi pada akhir 1990-an berakibat hilangnya hak asasi manusia.
Indonesia tumbuh dari hasil penyatuan dengan ekonomi global sejak tahun sesudah 1960-an dan pendapatan negara meningkat karena kediktaktoran. Sebagian hak asasi manusia ditindas dan ini memang hasil dari kediktatoran yang kejam tapi.
JP: Anda mengatakan sebagian dari Hak Asasi Manusia ditindas tapi 1/3 penduduk timor-timor dibunuh atau mati dibawah rezim Soeharto.
SF: Apa maksud anda menanyakan hal itu kepada saya?. Apa anda kira kami mendukung Soeharto? Sangat menggelikan!
JP: Jika demikian apakah anda berani menyatakan menentang rezim Soeharto? Apakah institusi anda IMF menentangnya ? Bank Dunia, Pertama kali setelah 30 tahun mereka menentang di tahun 1998. Apakah pernyataan IMF ketika Soeharto jatuh?.
SF: Saat IMF masuk ke indonesia ditegaskan supaya menghilangkan praktik korup yang sudah memperlemah rezim Soeharto. Itu bukan akibat yang diharapkan justru kami demi menghilangkan praktik korup di bermacam sumber –sumber monopoli.
Dita, Mengatakan pemerintah sebagaimana disarankan oleh IMF telah mulai mencabut banyaj subsidi bukan saja terhadap minyak dan listrik, juga air, pendidikan serta pertanian. Ini artinya buruh yang memiliki anak harus membanyar lebih mahal seandainya mereka ingin menyekolahkan anak-anaknya.
Sebelum mereka bisa makan tiga kali sehari, namun sekarang mereka harus berhemat. Sebagai pengganti tiga kali sehari mereka makan hanya dua kali saja atau dengan mengurangi gizi makanan.
Kalau begitu mungkin inilah penyebab produktivitas makin menurun sebab manyarakat bertambah miskn dan lelah sehingga tidak dapat bekerja dengan semestinya.
Dua tahun lalu ribuan pengunjuk rasa dari seluruh dunia memenuhi kota seattle di Amerika tempat berlasungnnya pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Peristiwa ini menjadi berita besar karena terjadi di Amerika. Sebenarnya Amerika latin, afrika dan asia, gerakan anti globalisasi telah muncul diseluruh dunia selama bertahun-tahun. Namun tidak pernah diangkat media. Disemua benua, jutaan rakyat biasa melakukan protes menentang kekuasaan IMF, Bank Dunia serta hegemoni kekuasaan barat. Mereka tujun ke jalan berseru menentang privatisasi dan dominasi perairan. Mengubah lahan pertanian menjadi pemasok makanan mewah untuk orang kaya.
Sekarang in gerakan protes anti globalisasi telah menyebar ke negara Barat dari seattle hingga Melbourne, London, dan Genoa.
Pemberitaan gerakan in ada polanya, baru diangkar menjadi berita jika terjadi kekerasan fisik meskipun jelas-jelas kebanyakan pengunjuk rasa melakukannya dengan damai. Sebaliknya pelanggaran kebijakan ekonomi yang menjadi protes justru jarang diberitakan.
Hari-hari ini Menjelang May Day (hari buruh sedunia) di Londan, pemerintah berikut polisi menyusun propagandan anti gerakan turun ke jalan tujuannya jelas untuk menjatuhkan dukungan publik kepada pengunjuk rasa dengan menggambarkan para demostran itu menyukai kekerasan. Dan dengan cara menutupi hal-hal yang bisa menimbulkan dukungan masyarakat. Tidak ada toleransi ketika para pengunjuk rasa atas nama “tujuan palsu” telah menimbulkan rasa takut atau teror. Kekerasab dan perusakan fasilitas penduduk. Bagi Tony blair kondisi si kaya makin kaya dan si miskin tambah miskin adalah hal yang palsu.
Saat peringatan May Day tiba 6 ribu polisi menjadikan London Wes End menjadi pos raksasa untuk memblokir pengunjuk rasa. Seruan-seruan kami mulai meluas. Guy Taylor, globalise resistance mengatakan saya rasa kunci dari gerakan ini adalah jika orang yang mau bergerakn bisa semakin membesar.
Karena media massa akan selalu memberitakan kami sebagai pengacau liar. Namun bagaimana dengan PHK massal, kemiskinan, kelaparan dan penjarahan di negara-negara dunia ketiga mulai hutang. Ini semua bentuk kekerasa dalam skala besar ini pembantaian namanya.
Kenyataannya, penguasa baru dunia adalah WTO (Word Trade Organization) yang berpusat di Jenewa. Majalah The Economist menyebutnya embrio pemerintahan dunia padahal tidak seorang pun ikut dalam pemilihan itu.kebijakan WTO membuat pemerintah suatu negaratidak bisa menghalangi keuntungaqn pebisnis besar. Hal ini dikenal dengan istilah: Pasar Bebas.
Barry Coates, Gerakan Pembangunan Dunia, Seandainya ada satu model ekonomi global ketika suatu perusahaan sudah mendunia namun belum ada pengaturan nya di setiap negara. Inilah hal yang harus kita pikirkan pada sistem internasional ini. Jika berniat adil kepada negara miskin, para buruh dan semua yang terkena pengaruh oleh “ sistem produksi internasional” ini. Rakyat tidak akan diam saja. Rakyat tidak mungkin hanya menonton ketika diserang oleh kekuasaan ini.
George monbiot, environmentalis, mereka tentu bergabung dengan gerakan in dan memang sudah waktunya. Kita telah meraih beberapa keberhasilan besar. Kita berhasil menghentikan pelaksanaan satu ide gila mereka yaitu: “kesepakatan Multilateral soal Investasi” yang memungkinkan para pengusaha memaksa suatu pemerintah mencabut peraturan yang tidak menguntungkan bisnis. Saat kesepakan itu sedang dianjurkan 29 negara adikuasa dan semua perusahaan multinasioanal terkaya serta lembaga-lembaga besar seperti WTO. Lalu sekelompok gerakan anti globalisasi sedunia mampu menghentikannya. Kita mengalahkan mereka. Jika kita bisa mengalahkan apa saja.
Dr. Vandana Shiva, Enverimentalis, Rakyat sudah mengetahui bahwa perusahaan dan para adikuasa makin gencar melakukan propaganda yang tidak benar. Sekarang ini rakyat dapat melihatnya dengan jelas. Rakyat tidak percaya lagi dengan janji-janji dan rakyat mulai tidak simpati. Rakyat mulai menyerukan bahwa pemerintahan yang hanya melindungi pepsi, coca,cola, McDonald bukanlah pemerintahan untuk rakyat.
*Menyadur dari dokumentasi Film Globalisasi karya Reporter, Jonh Pilger.