Dampak Globalisasi di Indonesia dan dunia (5)*

Jonh Pilger pergi ke Washington untuk mewawancarai pimpinan ekonom Bank Dunia, Nicholas Stem, Jp memintanya menjelaskan bagaimana hampir 30 persen pinjaman Bank Dunia kepada Indonesia bisa hilang atau dicuri.
NS: kami sama sekali tidak mengetahui berapa nilai pinjaman tersebut.
Jp: Apakah ini laporan internal anda di bulan agustus 1997?. Saya mengutipnya, kami memperkirakan dana pembangunan untuk pemerintah Indonesia paling tidak 20-30% telah diselewengkan melalui pembayaran gelap kepada staf pemerintah dan para politisi.”
NS: jumlah itu masih kira-kira, tidak pasti. Berkali-kali kita coba memperkirakan besarnya. Ada staf yang memperkirakan sejumlah itu, staf lain memperkirakan angka lain. Saya tidak bermaksud mengesampingkan soal ini tapi coba kita tidak menggantungkan diri pada satu angka semata.
JP: Kapan anda mengamati penerapan Bank Dunia di suatu negara?
NS: Ini pertanyaan yang serius. Ketika anda melakukan peminjaman, pemberi pinjaman dan peminjam hadir disitu dan sama-sama memiliki tanggung jawab.
JP: ada indikasi kuat didapat dari orang yang mempunyai bukti bahwa Bank Dunia dibohongi oleh rezim Soeharto yang menyatakan  jumlah kemiskinan hanya sebanyak 30 juta orang padahal kenyataannya 60 juta.
NS:menentukan angka tingkat pendapatan maupun kemiskinan memang hal yang sulit. Saya kira tingkat buta huruf dan kematian bayi barangkali lebih mudah diperkirakan angkanya. Dan ada juga kemajuan selama 30 tahun itu, kemajuan yang berarti. Tingkat buta huruf menurun sampai separuh, jadi itu langkah maju. Mari kita tidak mengesampingkan hal ini.
JP:Tahun 1997, Bank Dunia melaporkan ekonomi Indonesia dibawah Soeharto sebagai sangat dinamis semuanya berjalan dengan baik, brilian dan menakjubkan. Padahal saat itu seluruh kawasan Asia sudah mulai krisis. Belum sampai setahun, untuk kali pertama selam 30 tahun, Bank Dunia tidak bisa berkata apa-apa soal rezim ini yang bersalah dalam pembunihan massal. Mengapa Bank Dunia selama ini diam, apakah ada hubungan khusus dengan diktator berdarah dingin itu?
NS: Menurut saya jika menengok analisis kami tentang keadaan ekonomi dan politik saat itu, terdapat hal yang keliru. Kita harus memahami ini. Kami tidak ingin berbuat kekeliruan lagi. Tidak banyak orang  mengira akan terjadinya krisis di Asia. Kami semua telah gagal.
JP: tapi bukahlah itu pekerjaan anda? Anda dan ekonom yang memiliki banyak gelar dan latar belakang menkjubkan. Bagaimana anda bisa keliru?
NS: kadang kami bisa keliru saya kira para ahli non ekonom lebih sering keliru dari pada ahli ekonom. Ini semua kan bukan hal pasti. Dan dimasa datang kita pasti melakukkan kesalahan lagi.
Dita, mengatakan Globalisasi menimbulkan hutang dan hutang melahirkan kesengsaraan, pengangguran, krisis, privatisasi-banyak perudahaan negara diprivatisasi- akibatnya rakyat harus membayar mahal untuk kesehatan dan pendidikan. Semua ini tidak terjadi begitu saja semua ini diciptakan. Artinya uang hutang yang dicuri keluarga soeharto harus dibayar kembali oleh rakyat, termasuk anak-anak.
Setiap hari lebih dari 1 trilyun rupiah disetor negara miskin diseluruh dunia kenegara kaya dalam bentuk pembayaran hutang. Keluarga miskin inilah yang harus melunasi hutang besar indonesia. Baru-baru ini syarat diberikannya pinjaman IMF untuk pemerintah adalah pemotongan subsidi minyak, bahan makasan dan listrik. Setengah gaji pria ini, yang kurang dari 560 ribu rupiah dihabiskan untuk biaya perawatan kesehatan anaknya yang fungsi darahnya rusak.
Karena harga obat naik, dia tidak mampu membeli obat agar anaknya bertahan hidup. “keadaan anak saya sakit, tiap bulan ia harus transfusi darahm jadi kalau tidak ia akan pucat, kayak sekarang contohnya. Saya sendiri pusingnya bukan kepalang. Kalau saya sakit, paling hanya bisa cari pinjaman buat berobat anak. Nanti kalau sudah kerja lagi, anak kita bayar, gitu.
Dalam ekonomi global suatu perusahaan Amerika bisa menguasai perdagangan bahan makanan sedunia sementara hampir separuh penduduk dunia seperti keluarga diatas bertahan hidup dengan uang kurang sari 18 ribu sehari.
JP:Apa pendapat anda mengenai 17 juta orang yang meminta penghapusan hutang sebgai satu-satunya jalan untuk mengurangi kemiskinan?.
Stanley fischer wakil direktur IMF: ada dua hal, pertama caramengurangi kemiskinan bukanlah penghapusan hutang tetapi kebijakan pemerintahnya sendiri, apakah mereka memberikan pendidikan kepada orang miskin, apakahkesehatan di perhatikan. Dan kebijakan macam apa yang pemerintah coba terapkan? Apakah pemerintah mengikuti ekonomi dunia atau malah ekonomi korup?. Hal-hal pokok itulah yang menunjukkan seberapa baikkah negara tersebut. Itulah jawaban terhadap faktor penentu yang bisa menghilangkan kemiskinan. Itu bisa dilakukan sebab sudah pernah berhasil. Apakah kita harus menghapus hutang ini?.
Penghapusan hutang adalah suatu cara agar negara miskin punya pendapatan. Namun yang ingin saya lihat adalah aliran modal bersar kepada negara miskin. Saya ingin melihat pasar para investor terbuka lebar. Hal itulah yang dapat menghilangkan kemiskinan. Pandangan bahwa penghapusan hutang adalah satu-satunya cara yang dapat menghilangkan kemiskinan adalah keliru. Investasi justru membantu pemerintah meningkatkan ekonomi terbuka.
JP: Tapi gara-gara hutang khususnya dalam kehidupan seorang miskin. Apakah hutang inilah penyebab utama kemiskinan.
SF: tidak!
Jp: coba kita lihat suatu negara menghabiskan separuh anggaran nasionalnya demi membayar hutang. Jelasnya negara miskin menyetor jutaan dolar untuk negara kaya maka sebagai prioritas utama. Hutang seharusnya dihapuskan. Bagi saya ini sangat masuk akal. Apakah pikiran saya keliru?.
SF: Anda keliru, biar saya jelaskan. Pertama anda berhutang dan saya dihutangi dan saya lebih baik tidka menghentikannya jika seseorang satang menghapus hutang saya karena saya tidak akan dapat meminjam lagi. Hutang adalah hal biasa dalam dalam pinjam meminjam untuk melakukan sesuatu, membeli barang untuk investasi jika tidka ada modal sehingga bisa punya pendapatan. Dan nantinya bisa melunasi hutang juga. Pendapat bahwa hutang harus dihapuskan adalah tidak baik. Sistem keuangan akan dapat berjalan bila hutang dibayar kembali.
“Lembaga-lembaga globalisasi belum serius memasukkan persoalan HAM dengan cara yang demokratis. Globalisasi telah menyebabkan keadaan dunia penuh dengan ketidakadilan dan diskriminasi.”
*Menyadur dari dokumentasi Film Globalisasi karya Reporter, Jonh Pilger.

Subscribe your email address now to get the latest articles from us

 
Copyright © 2015. Taufiqurrahman SN.
Design by The Begundal.