Dampak Globalisasi di Indonesia dan dunia (2)*


Berpura-pura sebagai pembeli, Jonh Pilger diam-diam merekam semua keadaan dipabrik ini. Pabrik-pabrik tersebut milik kontraktor Taiwan dan Korea yang mempekerjakan buruh murah untuk memproduksi merek terkenal. Seperti Nike, Reebok Dan Adidas. Penulis melihat sebuah merek terkenal, GAP. Namun kondisi kerja disini adalah yang terburuk.

Penulis menemukan lebih dari 1000 orang kebanyakan perempuan muda bekerja dalam keadaan penuh sesak dibawah lampu neon bersuhu 40’c. Satu-satunya ruang ber-AC berada dilantai atas untuk para Bos. Jam kerjanya berfariasi dan malah bertambah drastis saat ada pesanan mendadak untuk ekspor.

Ini kutipan wawancara terhadap buruh-buruh di Jakarta.

JP: Anda bekerja 24 jam dengan hanya dua kali istirahat, dan kemudian dua jam berikutnya anda mulai kerja lagi, kalau begitu anda bekerja 35 jam?.

NS: Saya kerja long shifts itu dari 7.30. sampai pagi lagi jam 7.30, terakhirnya sore jam 18.30.

JP: Apakah anda diberikan pilihan lain.

NS: Tidak bisa.

JP: kira-kira apa yang terjadi jika anda menolak bekerja 24 jam?

NS: Mungkin ada hukuman, belum pernah menolak sich. Jadi takut aja.

JP: Saat anda bekerja 24 jam ini. Apakah anda mengingat merek apa saja yang dikemas?
NS: Kebanyakan GAP sama old navy.

JP: Apa perusahaan GAP pernah mengunjungi pabrik?

NS: sering.

JP: Pernahkan mereka menayakan atau memeriksa kondisi kerja anda?.

NS: Dulu pernah ada tapi dipersonal itu anaknya udah dikontak dahuluan gitu. Udah gak boleh ngomong yang salah gitu, harus sesuai dengan omongan personaliti.
JP: apa yang mereka katakan kepada anda?

NS: Ya misalnya gak boleh bilang lembur long shifts, terus tidak boleh membuka rahasia perusahaan, tidak boleh menjelek-jelekkan perusahaan.

Itulah yang disebut perusahaan GAP sebagai kode etik. Untuk merespon berbagai kritikan merek terkenal seperti GAP menyusun kode etik tersebut. Mereka bilang demi standar tertinggi dan melindungi buruh. namun seberapa efektifnya ini dipraktikkan?
Dita Sari, Pimpinan Organisasi Buruh Dan Mantan Tapol mengatakan silahkan datang ke Indonesia untuk mengetahui pelaksaaan kode etik ini. Hampir tidak berguna melaksanakan kode etik dinegara ini. Sebab pemerintahannya saja selalu mengeluh. Tersedia buruh murah untuk menarik investor asing dan kode etiknya tidak diterapkan. Lagi pula buruh Indonesia sudah sedemikian miskin. Dan tingkat pengangguran sudah sedemikian tinggi. Sehingga mereka mau bekerja apa saja dan beberapa pun upahnya.
Perusahaan GAP menetapkan jam kerja maksimum 60 jam seminggu, buruh diperbolehkan menolak bekerja tanpa ada ancaman hukuman.

JP: apakah ada buruh yang bekerja lebih dari 13 jam bahkan setelah 24 jam?

 NS: ada kemarin hari finishing quality dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam.dengan alasan ini mesti diekspor. Kondisinya tidak pernah duduk-duduk.

JP: 16 jam? Apakah itu biasa, kalau ekspor targetnya tanggal sekian mesti.  Apakah kode etik GAP diumumkan dikantor ini?.

NS: Samasekali bahkan peraturan perusahaan itu tidak dipasang di tingkatan publik, gak ada urusan kode etik. Peraturan dalam perusahaan itu tidak pernah diperlihatkan dengan kami apalgi kode etik dari satu pun.

Celana petinju yang dibuat disalah satu pabrik yang kami teliti. Sebelum berangkat ke London kami membelinya di outlet GAP. Di JL Oxford 112 Ribu Rupiah. Dari harga 112 riibu rupiah itu seorang buruh Indonesia hanya memperoleh 500 perak. Persis seperti sepatu olah raga yang harganya 1,4 juta rupiah dan 1,4 juta rupiah ini buruh hanya memperoleh sekitar 5 ribu rupiah untuk membeli tali sepatu pun tidak cukup. NS: ya kami kaget, dalam satu celana ini saya bisa menguntungkan begitu banyak pengusaha. Apalagi ribuan celana. Satu hari minimal kami harus menghasilkan 3000 celana. Itu minimal.

Tahun lalu dirut GAP memperoleh gaji lebih dari 5,5 juta dolar. Keuntungan total GAP adalah 38 milyar dolar. Banyak perusahaan lain juga mendapat keuntungan sebesar itu. Untuk melindungi buruh dalam reportase ini, kami tidak menyebutkan nama pabrik yang kami teliti.

Di Indoensia dan negara lain yang menyediakan buruh murah. buruh yang berani melawan akan menghadapi kekejaman kontraktor asing, dan penyerangan dari mereka yang anti serikat buruh.

Dita sari, Seorang Pemimpin Serikat Buruh dulu juga pernah dipenjara dan di siksa. “ kode etik harus diawasi oleh organisasi buruh. Tapi bagaimana mungkin jika organisassi buruhnya saja masih lemah. Jika polisi masih menghambat kerja organisasi buruh. ? dan jika serikat buruh masih di tindas?

Kami minta perusahaan GAP untuk wawacara tapi ditolak. Alasannya tidak adil jika nama pabriknya tidak disebutkan. Kemudian kami memberikan daftar pertanyaan dan mereka memberikan pernyataan.

Menurut GAP mereka menggunakan salah satu program pengawasan pabrik seluas di Industri Bali. Untuk beberapa manufaktor standar kami sangat ketat dan kami menolak untuk melakukan bisnis dengan mereka. Kami lebih memilih bekerja dengan mereka guna memperbaiki masalah ini. Kami lebih memilih bekerja dengan memperbaiki masalah ini. Kami tidak dapat memaksa mereka untuk mengikuti kami.

Barry Coates gerakan pembangunan dunia menyatakan bahwa hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kondisi masyarakat negara dunia ketiga adalah pada saat kita berbelanja tanyalah tokonya, dibuat dimanakah produk itu, kondisi kerjanya bagaimana?. Tulislah surat ke perusahaan dan katakan jika anda ingin kepastian bahwa produk itu berasal dari pabrik yang memperlakukan para buruhnya dengan adil. Yang mendukung hak buruh membentuk organisasi. Inilah cara yang paling sederhana yaitu bersikap sebagai konsumen yang terinformasi.

Saya tidak takut kerja keras, saya tidak takut mati, tapi sungguh saya tidak rela bekerja untuk orang-orang yang serakah.

*Menyadur dari dokumentasi Film Globalisasi karya Reporter, Jonh Pilger.

Subscribe your email address now to get the latest articles from us

 
Copyright © 2015. Taufiqurrahman SN.
Design by The Begundal.